Friday, May 7, 2010

because nobody's perfect

Sungguh saya sangat iri dengan Sri Mulyani. Betapa beruntungnya dia mendapatkan tawaran untuk menduduki jabatan sebagai Direktur Utama Bank Dunia. We are talking about the World Bank!! God, there must be something about this woman!
Dia pun dengan suka rela melepaskan jabatan sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia tercinta ini. Well, siapa yang akan menolak tawaran menggiurkan dan prestisius itu coba? Di tengah hujatan dan cercaan masyarakat negaranya sendiri tentang skandal Bank Century, Sri Mulyani justru dipercaya untuk memegang pucuk pimpinan Bank Dunia.

***

Seandainya saya menjadi dia, saya juga akan melakukan hal yang sama. Bukan, bukan karena saya tidak cinta tanah air dan bangsa ataupun tidak patriotis. Sungguh bukan karena itu. Masalahnya adalah, masyarakat Indonesia benar-benar memegang dan menjunjung tinggi peribahasa "Karena nila setitik rusak susu sebelanga". Itu juga yang mereka anut ketika menghadapi skandal Bank Century ini. Sebelum menjabat di kabinet pemerintaha Indonesia, Sri Mulyani sudah malang melintang di dunia perekonomian dan keuangan dunia. Sudah pernah menjabat sebagai konsultan di Bank Dunia pula. Namun tiba-tiba dihujat dan dicerca oleh banyak orang meskipun pengusutan kasus Century ini belum selesai. Semua orang sudah menganggap dia bersalah.

***

Seperti kasus Pak Harto, presiden yang memimpin bangsa kita tercinta ini selama 32 tahun. Taun 1997/1998 ketika reformasi bergulir, masyarakat Indonesia langsung menghujat, mencerca dan menganggap Pak Harto sebagai orang paling jahat dan paling nista di seantero Indonesia atau bahkan dunia. Mereka lupa bahwa bagaimana pun juga pak Harto adalah bapak Pembangunan dan pernah membawa Indonesia menjadi negara ber swasembada pangan pada tahun 1985. Entah semua ini karena peribahasa nila dan susu tadi yang terlalu mendarah daging pada masyarakat kita, atau karena budaya latah yang semakin menjadi. Beberapa gelintir orang berteriak "Hajar" maka semua orang akan ikut menghajar tanpa paham apa duduk permasalahan sebenarnya. Atau mungkin juga masyarakat kita sudah terjangkit epidemi darah tinggi, maka mereka semua mudah marah dan tersulut emosinya. entahlah, saya tidak yakin. Yang jelas saya sudah tidak yakin apakah saya masih bangga akan budaya Indonesia. Sudah tidak ada lagi masyarakat yang ramah tamah dan berbudi luhur. Yang ada sekarang adalah budaya bacok dan hajar dan hujat.
Sungguh saya sangat sedih dan prihatin....
Semoga Yang Maha Kuasa mengembalikan budaya dan watak bangsa Indonesia yang ramah tamah, sopan, dan menjunjung tinggi sopan santun dan nilai-nilai luhur bangsa. Amiiinn.....

No comments: